Sejarah Desa Rejomulyo    

Desa Rejomulyo Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan, Sejarah awal dari Desa Rejomulyo dimulai dari seorang perantauan dari pulau jawa tepatnya dari jawa tengah yaitu Bapak Rasman yang datang ke Lampung tepat nya di Lotherdam (yang saat ini disebut dengan Trikora / PTPN VII Trikora) yang saat itu tahun setelah kemerdekaan Lampung masih terdapat banyak hutan. Desa Rejomulyo terbentuk diawali dari datangnya Bapak Rasman dari Jawa ke Lampung mengikuti istrinya yang masih keturunan Belanda bernama Jeane Lavre dan setelah beliau menikah dengan Bapak Rasman kemudian berganti nama menjadi Ny. Rasmani. Ny. Rasmani saat itu ditugaskan oleh Kepala Perkebunan Rotterdam yang saat ini bernama PTPN VII Unit Trikora untuk mejadi guru private anaknya di Lampung. Sedangkan Bapak Rasman sendiri mulanya sebagai pekerja di Perkebunan Karet dan kepala sawit di Lotherdam (PTPN VII Trikora ) yang kemudian dipercaya sebagai menjadi pimpinan di perkebunanan tersebut.

     Pada tahun 1949 terjadi pristiwa peperangan yang akhirnya mengharuskan Bapak Rasman meninggalkan perkebunan dan kemudian masuk kedalam hutan belantara bersama dengan beberapa pemudanya, karena berdasarkan informasi saat itu perkebunan Ratterdam akan dibumi hanguskan karena terjadi peperangan antara Indonesia dengan Belanda. Kemudian Bapak Rasman menyampaikan kepada seluruh pekerjanya untuk segera meninggalkan perkebunan dan mengungsi, tetapi pekerja yang berjumlah 135 orang yang akan tetap ikut kemanapun Bapak Rasman pergi, dan akhirnya diputuskan untuk menetap di hutan tersebut.

     Pada tahun 1949, Bapak Rasman pergi ke Jakarta untuk mengajukan pembentukan desa pada Kementerian saat itu. Proses ini memakan waktu cukup lama, Bahkan Bapak Rasman sempat ditahan selama tiga bulan oleh pihak Belanda karena niatnya untuk membangun desa diketahui. Namun, pada tahun yang sama, pihak Kementerian akhirnya memberikan izin kepada Bapak Rasman untuk membentuk desa yang kini disebut Desa Rejomulyo yang memiliki arti Makmur. Kehidupan saat itu sangatlah susah namun berkat ketekukan dan kegigihan Bapak Rasman bersama warga akhirnya mampu membuka areal perladangan dan bercocok tanam untuk menghidupi kebutuhan saat itu. Tanggal 8 Januari 1951 setelah melalui persidangan kampung tersebut resmi menjadi kampung susukan rejomulyo dengan luas 300 hektar jumlah masyarakat terus bertambah. Bapak rasman mengajukan perluasan wilayah ke dinas kehutanan, dan disetujuai pada tanggal 17 Juli 1963 dengan tambahan seluas 1500 hektar.

     Penghormatan Masyarakat terhadap Mbah Rasman (sebutan masyarakat kepada Bapak Rasman) tidak hanya sekedar mengenang jasa-jasanya, tetapi juga terwujud dalam ritual dan tradisi. Misalnya setiap menjelang Puasa Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idhul Fitri yang umumnya masyarakat hanya ziarah kubur sanak keluarga, tetapi terkhusus masyarakat Desa Rejomulyo yang tidak memiliki darah keturunan dengan Mbah Rasman turut men-ziarahi makam Mbah Rasman dan Ny. Rasmini dengan mendoakan, membersihkan, dan merawat makam Mbah Rasman. Kegiatan ini merupakan penghormatan yang mendalam atas jasa-jasa Mbah Rasman terhadap Desa Rejomulyo yang dianggap sebagai Bapak/Mbah oleh masyarakat Rejomulyo.

    Mbah Rasman juga meninggalkan kegiatan-kegiatan bernuansa spiritual yang menjadi tradisi dan masih dilestarikan hingga saat ini. Dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW warga desa memperingatinya dengan membaca doa bersama sekaligus menyembelih kambing untuk disantap Bersama. Kegiatan ini berlangsung setiap tahun dan sudah turun-temurun, berasal dari kisah Mbah Rasman ketika awal membuka desa, dimana hasil panennya tidak dapat dinikmati karena dirusak binatang buas seperti gajah, babi hutan dan hama. Dalam doanya itu Mbah Rasman memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk dilindungi dan diberi rezeki dari hasil pertanian yang mereka kelola, lalu beliau menyembelih dua kambing kendit (kambing hitam dengan warna putih di ekor dan corak putih melingkar di badannya), sebagai wujud menyembelih rasa “kebuasan” yang ada dalam diri.

     Pada malam Satu Suro, Desa Rejomulyo memiliki tradisi yang dilakukan setiap warganya yaitu makan bersama dengan keluarga setelah ibadah sholat magrib. Makan bersama ini dilakukan khusus di sudut sebelah kiri sisi luar rumah. Kegiatan doa dan makan bersama, yang disebut Among-among, dilakukan ramai-ramai di setiap dusun setelah sholat magrib. Tradisi ini diilhami oleh kebiasaan Mbah Rasman dahulu dalam menyambut bulan Suro atau tahun baru Islam. Kegiatan-kegiatan itu dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang telah didapat dan untuk memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar dilindungi dari niat jahat pihak-pihak tertentu serta mempererat kerukunan sesama warga desa.

     Keberlanjutan tradisi dan ritual ini menunjukan kesadaran kolektif masyarakat dalam menjaga nilai-nilai budaya. Dalam setiap pertemuan, mereka tidak hanya merayakan keberhasilan, tetapi juga menciptakan rasa syukur yang mendalam dalam setiap hati yang hadir. Tradisi ini menjadi jembatan yang menghubungkan generasi yang lebih tua dengan generasi yang lebih muda, mengingatkan mereka akan pentingnya warisan yang harus dilestarikan.

LETAK GEOGRAFIS

    Desa Rejomulyo merupakan salah satu desa yang ada di kabupaten Lampung Selatan, Provinsi lampung. Luas wilayah desa rejomulyo ± 15.000.000 m², pemukiman ± 3.500.000 m², pertanian ± 4.500.000 m², ladang ± 3.840.000 m² Desa Rejomulyo terdiri dari 8 Dusun 8 Rw, dan 38 Rukun Tetangga. Desa Rejomulyo terletak di kabupaten Lampung selatan dengan jarak tempuh ± 90 km dan ±12 km dari kecamatan Jati Agung.

BATAS WILAYAH

    Desa Rejomulyo secara administratif berada pada wilayah Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung, dengan batasan-batasan wilayah desa sebagai berikut :

Luas Wilayah Desa

▪ Luas Desa Rejomulyo                          : 1.500 Ha

▪ Luas Pemukiman                                  : 350 Ha

▪ Luas Pertanian Sawah Tadah Hujan    : 459 Ha

▪ Luas Ladang                                         : 384 Ha

▪ Sekolah                                                 : 4 Ha

▪ Lapangan Sepak Bola                           : 2 Ha

▪ Jalan                                                      : 1 Ha

▪ Pemakaman                                          : 2 Ha

VISI DAN MISI DESA REJOMULYO

VISI

     Visi adalah suatu persyaratan yang merupakan ungkapan atau artikulasi dari nilai, cita-cita, arah dan tujuan organisasi yang realistis, memberikan kekuatan, semangat, dan komitmen, serta memiliki daya tarik yang dapat dipercaya sebagai pemandu dalam pelaksanaan aktifitas dan pencapaian tujuan organisasi. Adapun   visi Desa Rejomulyo adalah sebagai berikut “MENUJU REJOMULYO SEJAHTERA DAN BERDIKARI”.

MISI :

     Misi merupakan suatu yang di emban atau dilaksanakan oleh Desa Rejomulyo untuk mencapai Visi yang telah ditetapkan agar tujuan terlaksana dan berhasil dengan baik sesuai yang diharapkan:

• Mengamalkan dan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari
• Meningkatkan kinerja dan pelayanan aparat yang berkualitas, profesional dan berjiwa pelayanan prima
• Meningkatkan saran dan prasarana yang mendukung dalam kehidupan bermasyarakat.
• Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
• Mengupayakan kemandirian masyarakat dalam pelaksanaan otonomi berbasis pada potensi desa
• Meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui partisipasi aktif dalam pembangunan maupun kegiatan ekonomi produktif.
• Meningkatkan ketertiban dan kemanan serta penghormatan terhadap supremasi hukum
• Meningkatkan kerja sama dan gotong royong dalam bermasyarakat yang berazazkan kekeluargaan.
• Menjadikan masyarakat Rejomulyo, lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya, dan mencintai lingkungan.